Kesempatan kedua untuk cinta (When I see you again)


Aku menatapnya tanpa berkedip. Seorang pria yang sembilan tahun lalu aku kenal sebagai kawan SMP, kini berdiri di hadapanku. Ia telah berubah menjadi seorang pria yang semakin menawan. Tinggi tegap dengan senyumnya yang masih mencuri hatiku.
Aku bertemu kembali dengan Putu, nama pria itu, tiga bulan yang lalu melalui sebuah pertemuan yang tidak disengaja. Kami bertemu saat menonton film di bioskop dan seolah telah direncanakan, kami duduk pada bangku yang bersebelahan.
“Apa kabar?”
Itulah yang pertama kali keluar dari mulut kami secara bersamaan. Bodohnya, kami baru menyadari pertemuan itu setelah pemutaran film berdurasi 90 menit itu selesai. Kami pun langsung saling melempar tawa renyah menyadari kebodohan itu.
Oh ya.. mungkin dari apa yang aku katakan pada permulaan tadi, sudah tergambar bagaimana perasaanku pada Putu. Untuk mempertegas akan aku katakan lagi bahwa Putu adalah obsesi masa laluku, bahkan mungkin hingga sekarang. Karena desiran di dalam hati ternyata beraksi lagi saat Putu menunjukkan lagi senyumnya padaku setelah tujuh tahun aku tidak pernah lagi bertemu dengannya selepas dari bangku SMP.
Putu bukanlah pria semanis itu yang telah mampu membuatku jatuh hati dengan sikap sempurnanya. Ia sebaliknya. Ia adalah pria cuek yang bahkan cenderung tempramental. Aku pun tidak mengerti apa yang telah membuatku terobsesi padanya. Bukan hanya aku, karena Putu adalah seseorang yang begitu digilai semasa SMP dulu.
Saking banyaknya yang mengincarnya, aku nekat menyatakan perasaanku. Dan tentu saja jawabannya adalah sebuah penolakan. Selain karena aku bukan siswi populer, aku adalah sebaliknya, siswi cupu dengan pergaulan sosial yang minim. Aku mempermalukan diri sendiri dengan pernyataan cinta yang aku lakukan di depan kelas.
“Sendirian saja, Al?”
Ah.. aku baru tersadar. Meskipun dulu aku adalah siswi cupu, Putu dapat mengenaliku.
“Alin?”
Uh-oh.. ternyata dia pun masih mengingat namaku. Tapi itu mungkin lebih karena pernyataan cinta bodoh itu yang membuatnya masih mengingatku. Mengesalkan setiap kali teringat hal memalukan itu.
“Alin..” Putu mengibaskan tangannya di depan wajahku. “Lu baik-baik aja?”
Aku mengangguk cepat. “Yaa.. aku baik-baik aja, ga ada masalah.” Aku tidak mampu mengimbanginya yang menggunakan istilah ‘lu-gua’.
“Setelah ini lu rencana kemana lagi?”
Aku menelengkan kepalaku, seolah bertanya, ‘memangnya kenapa?’.
“Gua mau ajak lu makan di food court.”
***
Aku dan Putu telah di food court. Pesanan kami pun telah tersaji di atas meja. Cheese cake dan lemonade untukku, sedangkan cheese croissant dan espresso untuk Putu.
“Gua lihat lu tadi ngelamun. Ngelamunin apa?” tanya Putu membuka pembicaraan.”Cuman lagi mikirin film tadi,” dustaku.
Putu tertawa. “Lu pasti lagi ingat waktu nyatain cinta ke gua dulu.”
“Hah?” Bagaimana bisa tebakannya dapat tepat sasaran seperti itu? Aku pun kemudian salah tingkah.
“Lu kebaca banget, Al.”
“Oh ya?” sahutku.
“Atau.. apa justru lu sebenarnya selama ini diam-diam merindukan gua dan sekarang merancang pertemuan ini, seolah ini adalah pertemuan yang ga disengaja?” Aku telah menggunakan istilah ‘lu-gua’, bahkan bicara panjang lebar dengan tebakan konyol itu.
Putu kembali tertawa. “Iya, Al. Gua memang mencari lu. Gua pengen memperbaiki pendekatan yang dulu sama sekali ga lu lakukan sebelum nyatain cinta lu ke gua.”
“Maksud lu?” Apa Putu ingin melakukan pendekatan denganku?
Putu tersenyum.
***

“Tulisan ini diikutsertakan dalam “Birthday Giveaway “When I See You Again” di blog: http://itshoesand.wordpress.com

3 pemikiran pada “Kesempatan kedua untuk cinta (When I see you again)

  1. Uh, so sweet. Pertemuan kembali dengan cinta lama. Jadi inget masa lalu dehh :3
    Tapi salut banget sama Alin yang berani nyatain cintanya.

    Terima kasih sudah berpartisipasi. Dan salam kenal Ririn 🙂
    Keep writing ya!

Tinggalkan komentar